PENGARUH TULISAN DAN PRESTASI MAHASISWA

PENGARUH TULISAN DAN PRESTASI MAHASISWA
Sekitar 15 tahun yang lalu barangkali tidak pernah terbesik oleh Bayu bahwa latihan menulis halus kasar sewaktu SD dulu sangatlah penting. Rasanya jika ingin mengulang pelajaran tersebut amatlah mustahil mengingat status Bayu adalah seorang mahasiswa semester 9 yang masih terkendala dengan SKS dalam perkuliahan. Kini yang diadapi memang sudah berbeda namun nomenklatur keterampilan menulis dengan rapi sangat dibutuhkan untuk mendukung prestasinya sebagai mahasiswa.
Sejak menyandang status mahasiswa, Bayu yang berjurusan Fisika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di salah satu Universitas Negeri, dia memang memiliki permasalahan dengan tulisan tangannya. Ada saja masalah yang timbul akibat tulisannya yang kurang rapi (terlalu sarkasme) barangkali jika lebih verbalnya, kurang bisa dibaca.
Beberapa kali Bayu harus malu sendiri ketika dihadapan puluhan teman sekelas satupun tidak ada yang bisa membaca tulisannya ketika menuliskan suatu penyelesaian atas tugas yang diberikan dosennya. “bagaimana kami bisa mengerti, sedangkan tulisannya saja tidak terbaca, ha……” serempak teman sekelas menertawakan Bayu walaupun masih ada yang hanya diam sambil menikmati tertawa teman – teman yang lain. Barangkali teman sekelas Bayu tersebut juga memiliki masalah dengan tulisan juga. Sehingga ketika tulisan Bayu yang melekat di white board kelasnya tidak bisa dibaca, akhirnya dengan pikiran yang kepepet, dia jelaskan tulisannya sembari diselimuti wajah setengah kusut. Untung saja kemaluan yang ditanggung Bayu segera hilang ketika dia menjelaskan tugas yang diberikan dosen dengan jawaban yang menarik dan sesuai. Semua teman sekelasnya cukup respon dengan pemikiran Bayu. Pada dasarnya Bayu adalah anak yang cukup cerdas.
Kemampuan berpikirnya yang baik dapat dilihat dari ide dan gagasan yang sering ia tuangkan dalam forum diskusi kelas. Hanya saja ketika dia harus menuliskan di white boar perasaan trauma dan takut sering mendatanginya. Inilah salah satu permasalahan yang menghinggapi Bayu hingga akhirnya walaupun dia ingin sekali mengerjakan tugas atau menjawab tugas yang diberikan oleh dosen di white board, setidaknya dia harus berpikir panjang untuk melakukannya.
Permasalahan diatas masih lebih ringan dengan permasalahan yang satu ini. Beberapa kali hasil nilai mata kuliahnya sangat rendah. Bukan Bayu tidak bisa menjawab pertanyaan ataupun jawabannya salah. Karena setelah menyadari hampir selama 2 tahun ternyata permasalahan nilainya yang rendah adalah terletak di permasalahan teknis yaitu tulisan.
Jadi, ketika ada ujian semacam UTS (ujian tengah semeseter), UAS (ujian akhir semester) ataupun quiz – quiz, ternyata tulisan sedikit banyak sangat mendukung tingkat keseriusan dan objektivitas dosen untuk memeriksa hasil ujian. Dampak krusial dari permasalahan ini adalah dia harus mengulang beberapa mata kuliah dan menghambat kelulusan dan prestasinya di kampus. Karena jika mengkomparasikan Bayu dengan beberapa teman sekelas, Bayu bisa digolongkan pada tataran mahasiswa yang cerdas dan memiliki prestasi akademik yang baik. Tetapi tidak begitu realitasnya. Bayu bahkan memilik prestasi yang lebih rendah dari teman yang nyatanya masih dibawah Bayu dari segi akademik namun temannya tersebut sudah melampai Bayu.
Dan alasan yang paling konkrit yang telah dikali Bayu adalah permasalahan tulisan. Banyak dosen masih dipengaruhi oleh mood dan kesan kerapian tulisan sebagai indikator untuk menetapkan nilai seorang mahasiswa. Budaya yang masih terbangun di dunia pendidikan khususnya dalam menetapkan nilai mutu hasi ujian seorang pelajar ataupun mahasiswa adalah kerapian tulisan dan lebih terperinci lagi adalah mood. Sebenarnya masih banyak dampak negatif yang menimpa Bayu karena memiliki tulisan yang hampir – hampir tidak terbaca. Dan pada akhirnya hingga sekarang Bayu sadar dan segera mentransformasi dirinya khususnya tulisannya agar lebih baik dansetidaknya bisa dibaca. Sehingga Bayu berasumsi bahwa kerapian tulisan merupakan pendukung yang sangat signifikan untuk membantu meningkatkan prestasi akdemik di bangku perkuliahan. Di zaman mondial ini, ada sebuah keparadoksan tentangn tulisa tangan dan tulisan digital/komputerisasi. Pada kasus di perguruan tinggi, beberapa universitas masih menerapkan sistem tulis tangan pada setiap tugas ataupun test yang diberikan oleh dosen.
Padahal jika melihat keefektifan dan efesiennya, para mahasiswa seharusnya bisa memanfaatkan e-mail untuk mengirim atau menerima tulisan seperti tugas ataupun ujian. Walaupun hal ini sangat sarat dengan kecurangan ataupun ketidaktransparan dalam membuat tugas atau menyelesaikan test yang diberikan oleh dosen. Tenaga pendidik/dosen masih meragukan keorijinilan tulisan mereka jika menggunakan sistem digital seperti e-mail untuk mengerjakan tugas – tugas yang diberikan oleh mereka.
Sebenarnya masalahnya bukan datang dari tenaga pendidik melainkan merekalah yang menciptakan resolusi dengan konsep bagaimana teknologi bisa menjadi fasilitas yang dapat membantu efesien dan efektivitas dari kegiatan belajar megnajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melihat kasus seperti Bayu barangkali bukan yang perdana. Diluar sana mungkin b=masih banyak Bayu – Bayu yang lain yang memiliki tulisan tangan yang kurang rapi ataupun kurang bisa terbca namun memiliki pemikiran yang cemerlang. Karena tulisan tangan bukan sekonyong – konyong menjadi representasi kecerdasana seorang pelajar atau mahasiswa. Permasalahan seperti ini harus bisa dilihat oleh aparatur yang concern di dunia pendidikan. Mahasiswa yang memiliki tulisan yang kurang rapi seharusnya tidak di Judge langsung dengan apreasisasi yang negatif. Mind set ini sepertinya racun bagi dunia pendidikan dan harus segera diperbaiki. Para aparatur pendidikan harus sudah bisa memaksimalkan teknologi untuk mendukung perjalanan pendidikan menuju lebih baik di negara ini. Beberapa korelasi antara tulisan ddengan menggunakan teknologi memang riskan memnciptkan mahasiswa yang plagiatisme.
Tetapi ini bisa disiasati oleh para pendidik. Tugas – tugas atapun test seharsunya bisa memanfaatkan teknologi sehingga pendidikan berbasis teknologi bisa menciptakan pendidikan yang tepat guna dan tepat sasaran. Berikut adalah antisapasi kemungkinan negatif yang terjadi jika memanfaatkan teknologi untuk mendukung pengerjaan tugas – tugas ataupun test yang diberikan oleh dosen :
pertama, mengkonsep. Dosen harus memiliki konsep yatiu menciptakan alur atau mekanisme yang ideal untuk mengerjakan tugas ataupun test yang diberikan, misalnya dosen memberikan tugas yang bisa dikerjakan dengan komputerisasi. Tetapi substansi tugas yang diberikan jangan lagi yang klise. Dosen harus bisa menciptakan gagasan agar pada proses pengerjaan tugas lebh kepada menganalisis sesuatu yang sesuai dengan kelimuannya serta menerapkan interdisipliner ilmu lain. Begitu juga dengan ujian, dosen hanya tigal mengirimkan soal atau pokok permasalahan melalui e-mail yang menjadi test untuk para mahasiswa. Soal – soal yang diberikan seharsunya jangan lagi berupa text book atau yang terlalu teoritis. Tetapi sudah seharsunya dosen membebaskan mahasiswa menggabungkan teori dan pengalaman sehingga hasil yang dikerjakan mahasiswa, tingkat keorijinalannya lebih tinggi.
Kedua adalah, membenahi. Dosen seharusnya bisa membenahi diri dan meningkatkan kapasitas tentang teknologi. Setidaknya universitas memiliki program pelatihan teknologi kepada para dosen dan mereka bisa mengikutinya untuk mengembangkan pemahaman mereka tentang teknologi. Sehingga dosen tidak lagi antipati terhadap teknologi yang pada saat ini para dosen masih memilik frame berpikir bahwa teknologi kurang membantu bahkan sangat mudah disalgunakan oleh mahasiswa untuk melakukan tindak kecurangan dalam proses pendidikan. Tentunya pola pikir seperti ini tidak sehat untuk pengembangan dalam dunia pendidikan. Karena hakikatnya teknologi akan berkembang dan dosen harus bisa melihat ini bukan sebagai ancaman melainkan sebagai peluan untuk mendukung kerja – kerja para tenaga pendidik.
Ketiga adalah,menyepakati. Dosen harus demokrasi terhadap mahasiswa. Otoriter bukanlah solusi untuk menghadapi ekkritisan mahasiswa. Bahkan yang ada adalah timbul konflik yang tidak saja merugikan dosen ataupun mahasiswa, tetapi menghancurkan sendi – sendi negara perlahan. Karena pada dasarnya pendidikan adalah pondasi suatu negara dan jika aparatur/komponen pendidikan sendiri terjadi konflik maka pondasi negara tidak kuat. Dosen dan mahasiswa harus menyepakati aturan yang telah dirancang secara baik dan harus konsisten. Kesepakatan harus representatif dan bukan sepihak. Sehingga pemanfaatn teknologi yang baik dan benar dalam mendukung proses pendidikan bisa berjalan optimal tanpa dipenuhi ketakutan – ketakutan penyimpangan yang akan terjadi.
Dewasa ini sebenarnya, teknologi sangatlah membantu kehidupan manusia khususnya dalam dunia pendidikan. Ktia sering mendengar bahwa sekarang telah ada e-learning jarak jauh. Artinya seorang tenaga pendidik tidak harus bertatap muka secara langsung tetapi bisa menggunakan teknologi. Dengan bantuan koneksi internet seorang tenaga pendidik dan pelajar/mahasiswa bisa melakukan pembelajaran. Sehingga dapat diasumsikan bahwa teknologi dapat menyelesaikan permasalahan ruang dan waktu dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan efesien. Ke depan pemerintah harus lebih intensif dalam melihat permasalahan – permasalahan klasik yang sering terjadi. Seorang dosen terbang harus rela mengorbankan mahasiswanya di suatu daerah untuk melakukan pengajaran lainnya diluar daerah karena tuntutan profesionalitas dan materi.
Tentunya mau tidak mau ini sangat berdampak negatif. Oleh karena itu pemerintah bersama dengan aparatur pendidikan dan masyarakat bisa meretaskan resolusi yang baik dan maju dalam dunia pendidikan. Sehingga tidak menutup kemungkinan sebenarnya, dipelosok manapun seseorang, bisa mengenyam pendidikan yang baik. Karena tidak ada alasan lagi jika pemerintah selalu mempromosikan alasan klasik yaitu jarak dan waktu. The last but not least, sebenarnya masih banyak yang perlu dikoreksi dalam dunia pendidikan khususnya dinamika di perguruan tinggi. Kasus yang dialami Bayu adalah gambaran bahwa teknologi bisa menjadi solusi yang baik untuk memfasilitasi dan menyelesaikan permasalahan Bayu atapun Bayu – bayu yang lain. Karena pada dasarnya tidak sedikit mahasiswa yang memiliki tulisan yang kurang terbaca tetapi mereka memiliki kecerdasan yang baik. Agar nantinya mahasiswa yang seharsunya memiliki potensi yang tinggi tidak merasa bahwa mereka selalu didiskreditkan. Tetapi dosen harus bisa menganalisis dan menilai seorang mahasiswa dengan tidak hanya melalui kerapian tulisan. Penghujung November 2011

Read more at: http://abadiorkes.blogspot.com/2011/12/pengaruh-tulisan-dan-prestasi-mahasiswa.html
Copyright abadiorkes.blogspot.com dapatkan info menarik

Tinggalkan komentar